Jumat, 15 Maret 2013

Pola Asuh Anak (Part 2)

A. Beberapa Pengetahuan Yang Harus Diajarkan Anak Usia 3-6 Tahun.

1. Melakukan jadwal beraktivitas dan beristirahat yang sehat.

Anak seharusnya sudah tahu kapan waktu istirahat dan kapan waktu beraktivitas. Ia tidak perlu lagi dipaksa untuk berhenti bermain kala berada di sekolah atau diminta tidur ketika di rumah.

2. Memperlihatkan kebiasaan makan yang sehat.

Anak diharapkan sudah bisa makan sendiri dengan rapi. Ia juga mau mencoba berbagai rasa atau jenis makanan baru.

3. Dapat buang air besar dan kecil sendiri di tempatnya.

Paling tidak ia harus sudah bisa memberi tahu kapan akan buang air besar (BAB) atau kecil (BAK) dan mau belajar untuk dapat BAB atau BAK sendiri, dengan cara yang sesuai jenis kelaminnya. Selain itu, anak juga perlu belajar menyesuaikan diri dan dapat menerima berbagai kondisi jamban atau kamar mandi.

4. Mampu melakukan aktivitas fisik yang dibutuhkan sesuai usianya.

Termasuk kegiatan motorik kasar (seperti memanjat, menyeimbangkan diri, berlari, meloncat, mendorong, menarik, menangkap), motorik halus (seperti mengancingkan baju, menarik retsleting, menggunting, menggambar, mewarnai, membentuk tanah liat).

5. Ikut serta dalam kegiatan keluarga.

Anak seharusnya sudah mampu terlibat dalam berbagai kegiatan keluarga (seperti ke acara pernikahan) dan menerima tanggung jawab, meski sederhana (seperti membereskan mainan).

6. Menunda dan mengendalikan keinginan.

Bayi-bayi kecil tentu saja tidak bisa menunda keinginannya untuk mendapatkan sesuatu. Semakin besar, anak harus dapat mengendalikan diri. Terhadap teman, ia harus dapat berbagi dan menunggu giliran. Sedangkan ketika berada di tempat tertentu, seperti tempat ibadah, ia harus menyesuaikan tindakannya, seperti tidak boleh berlari atau berteriak-teriak.

7. Menunjukkan perasaan dengan cara yang sehat.

Di usia ini, anak diharapkan mampu membedakan lebih banyak jenis perasaan, bukan hanya terbatas pada senang atau sedih. Jenis perasaan lain yang perlu dikenalnya adalah rasa takut, sayang, bersemangat, senang, cemas atau sedih. Selain memahami perasaan sendiri, anak juga diharapkan dapat memahami perasaan orang lain, sehingga ketika menun18 jukkan perasaannya, sudah mempertimbangkan perasaan orang lain. Misalnya, ketika marah, ia tidak boleh berteriak dan memukul, karena hal itu menyakiti orang lain.

8. Memulai dan mempertahankan hubungan dengan orang-orang di sekitarnya.

Anak sudah bisa bercerita atau mendengarkan orang lain. Keterampilan ini diperlukan dalam berteman, sehingga tidak heran bila di usia ini anak sudah dapat berteman.

9. Menghindari bahaya.

Anak diharapkan paham hal-hal yang membahayakan, seperti api, lalu lintas, tempat tinggi, racun, binatang, kolam yang dalam, dan sebagainya. Ia juga perlu paham apa yang harus dilakukan untuk menghindari bahaya sesuai usianya. Contoh, anak diajarkan cara menyeberang jalan, menghadapi anjing, atau menolak tawaran orang asing.

10. Berani menunjukkan keinginannya.

Anak mampu bercakap-cakap. Ia juga memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga kebanyakan anak sudah mampu menyampaikan pemikirannya, bertanya, dan berinisiatif melakukan sesuatu, mulai memahami tentang dirinya sendiri, konsep Tuhan dan benda-benda di sekitar. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, cara kerja suatu alat atau paham tentang benda-benda alam (bintang, matahari).

B. Tantangan Mengasuh Anak Usia Dini Dan Cara Mengatasinya

Baik sekolah maupun ibu-ayah, pada dasarnya memiliki keinginan yang sama dalam mendidik dan mengasuh anak usia dini, yaitu menyiapkan anak untuk menghadapi kehidupan. Hanya saja, sekolah lebih khusus menyoroti kesiapan anak menghadapi pelajaran di SD, sedang ibu-ayah menyoroti kesiapan anak menghadapi tantangan dalam kehidupannya secara keseluruhan. Adanya kesamaan tujuan ini seharusnya membuat kedua pihak dapat saling bahu membahu dalam mengembangkan kemampuan anak usia dini.

Memang, tidak mudah mengasuh anak pada usia ini. Setelah mengetahui kemampuan apa yang harus dicapai anak di usia ini, ibu dan ayah juga perlu tahu masalah yang sering muncul pada usia ini dan cara mengatasinya. Berikut adalah berbagai tantangan yang sering dihadapi orangtua berkaitan dengan perkembangan anak usia 3—6 tahun dan cara mengatasinya.

1. Tantangan

Anak sangat aktif, tidak bisa diam, sehingga membutuhkan perhatian lebih. Hal ini sering melelahkan ibu dan ayah.

Saran Tindakan

a. Anak menjadi sangat aktif karena rasa ingin tahunya. Untuk membuatnya mau memusatkan

perhatian lebih lama pada suatu kegiatan, pikirkan kegiatan bermain yang menarik. Mengajak

bermain juga dapat mengajari anak akan banyak hal.

b. Berikan fasilitas bermain sesuai dengan usianya. Tidak perlu mahal, karena banyak barang yang dapat dimanfaatkan. Cari barang yang menarik perhatian dan dapat digunakan untuk belajar sesuatu, tetapi aman.

c. Contoh, kotak karton mi instan dipakai bermain rumah-rumahan.

d. Sempatkan diri untuk beristirahat, karena memang mengikuti aktivitas anak sering membuat kita lelah.

2. Tantangan

Dalam beraktivitas (berkegiatan), anak belum bisa memperkirakan bahaya, sehingga selalu harus dijaga.

Saran Tindakan

a. Perhatikan lingkungan rumah, cari alat-alat yang membahayakan anak, lalu jauhkan atau simpan di tempat yang aman. Selain itu, ubah tata ruang bila memang membahayakan. Contoh, buatlah tempat penyimpanan khusus untuk pisau, linggis, cangkul, gergaji dan benda-benda tajam lain; tumpulkan sudut-sudut meja, terutama meja kaca; berikan pagar pengaman di tangga.

b. Jelaskan pada anak tentang bahaya dan ajarkan cara menghindarinya

c. Misalnya, naik ke tempat tinggi akan membuatnya jatuh, jadi ajarkan cara memanjat yang benar.

d. Manfaatkan bantuan orang lain untuk membantu menjaga anak, tetapi jangan lupa untuk memberi tahu apa yang harus dan tidak boleh dilakukan, selain juga harus tetap “memeriksa” sesekali.

3. Tantangan

Anak belum bisa mematuhi jadwal kegiatan rutin dan mulai suka melawan atau menghindar bila diminta melakukan sesuatu.

Saran Tindakan

Hindari hukuman dalam mengajarkan disiplin. Untuk itu lakukan:

a. Pertama kali, tentukan perilaku yang ibu-ayah harapkan.

b. Jelaskan pada anak, mengapa hal itu harus dilakukan. Semakin konkret penjelasannya, semakin mudah dipahami.

c. Bantu anak untuk mengikuti jadwal atau perilaku yang telah ditetapkan.

d. Berikan pujian ketika anak mampu melakukannya, bahkan ketika perubahan yang terjadi amat sedikit.

e. Sepakati hadiah di awal. Hadiah tidak perlu mahal. Contoh, bila dalam 1 minggu minimal ia menyikat gigi sebelum tidur sebanyak 5 kali, akan diberi 1 buah ikat rambut. Anak-anak selalu senang melakukan sesuatu untuk hadiah

4. Tantangan

Anak sering bertengkar dengan temannya.

Saran Tindakan

a. Di usia ini anak memang sedang belajar membina hubungan sosial, terutama dengan teman. Agar dapat berteman, paling tidak ia harus belajar berbagi dan menunggu giliran. Jadi, biasakan anak untuk melakukannya di rumah, baik dengan ayah, ibu maupun anggota keluarga lain.

b. Jelaskan pada anak, apa yang diharapkan untuk dilakukannya dalam situasi itu, misalnya meminta pada teman, bukan merebut.

c. Beri kesempatan pada anak untuk menceritakan situasi sebenarnya. Dalam menceritakan, terdapat hal penting yang sangat berarti bagi anak, yaitu kesempatan menunjukkan emosinya. Tunjukkan bahwa ibu-ayah memahami emosinya, misalnya dengan mengatakan, “Anak Ibu sepertinya sedih sekali mainannya direbut ya?”

d. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan mengapa hal itu dapat terjadi, seperti, “Mungkin Dodi marah karena kamu memukul tangannya, Nak.”

e. Ajarkan cara mengatasinya. Bahkan ajarkan kata-kata yang harus diucapkan untuk mengatasi situasi pertengkaran itu.

f. Bila memungkinkan, fasilitasi anak untuk memperbaiki hubungannya dengan temannya, dengan mengutamakan keadilan. Cara ibu-ayah mengatasi masalah akan ditirunya dan hal itu membuat anak belajar menghadapi masalah dalam hubungan pertemanan

g. Selalu berikan pujian pada anak ketika ia melakukan suatu tindakan yang sudah sesuai.

5. Tantangan

Anak masih suka mengamuk dan berlebihan ketika mengekspresikan (mengungkapkan) perasaannya

Saran Tindakan

a. Anak-anak menjadi berlebihan dalam mengekspresikan emosi (berteriak, menangis keras, mengamuk, berguling-guling di lantai) karena ketika ia mencoba menarik perhatian ibu-ayah, tidak segera mendapatkannya. Oleh karena itu, tunjukkan perhatian ibu-ayah sejak awal, misalnya dengan menoleh padanya atau mendekat ketika ia memanggil atau mengajak bicara.

b. Bila sudah mengamuk, jauhkan anak dari benda-benda berbahaya.

c. Peluk anak atau tunjukkan bahwa ibu-ayah peduli padanya. Emosi anak biasanya akan mereda. Tindakan ibu-ayah menunjukkan kepekaan dan pemahaman atas perasaannya. Ini akan mengajari anak untuk peka pula pada perasaan orang-orang di sekitarnya.

d. Bila anak mulai memukul, tangkap tangannya dan tatap matanya sambil mengatakan “STOP”. Pilih kata yang singkat

e. Ajak bicara, pahami masalahnya, lalu ajarkan dan bantu anak menyelesaikan masalahnya. Tidak berarti aibu-ayah harus selalu mengikuti kemauannya, lo. Misalnya, ia ingin es krim, padahal tidak boleh karena sedang pilek. Alihkan dia pada makanan yang memungkinkan.

f. Dalam suasana yang sudah menyenangkan, ajarkan cara meminta perhatian ibu-ayah tanpa perlu berteriak atau marah.

6. Tantangan

Mengingat anak mulai bersekolah, ibu-ayah sering cemas tentang biaya pendidikan untuk anak.

Saran Tindakan

a. Persiapkan anggaran sedini mungkin, bahkan sejak ananda masih bayi, agar upaya menabung tidak dirasa memberatkan.

b. Pisahkan tabungan untuk pendidikan agar memudahkan ibu-ayah mengatur anggaran keuangan keluarga.

c. Realistis dalam merencanakan anggaran. Hitung dulu seberapa besar penghasilan ibu-ayah, baru kemudian tentukan rencana yang paling mungkin dicapai.

d. Tentukan prioritas. Jika kebutuhan hidup sangat banyak dan sulit untuk menyisihkan dana pendidikan ananda, maka kurangi beberapa pos pengeluaran yang tidak terlalu penting, seperti belanja pakaian dan jajan yang tak perlu.

e. Pilih cara menyimpan dana pendidikan. Umumnya dana pendidikan diatur dengan menabung atau membeli asuransi. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pelajari keduanya dan pilih yang paling sesuai untuk ibu-ayah.

7. Tantangan

Anak sering meniru perilaku ibu dan ayah. Misalnya, ketika ia menegur kakak untuk tidak ribut, sangat mirip dengan ayah, lengkap dengan tangan yang menunjuk-nunjuk.

Saran Tindakan

a. Anak-anak pada usia ini memang sedang senang meniru. Ketika meniru, sebenarnya ia sedang mengembangkan kemampuan sosialnya. Dalam perkembangan sosialnya, ibu dan ayah memang memiliki pengaruh yang besar. Peran yang dijalani ibu dan ayah dalam membantu perkembangan sosial anak adalah sebagai :

b. Lawan bicara. Mengajak anak bicara, berarti mengajari dan mendorongnya untuk berinteraksi dan menjalin hubungan.

c. Pelatih. Ibu-ayah memang merupakan pelatih dan contoh bagi anak tentang bagaimana cara menjalin hubungan dengan orang di sekitarnya.

d. Sebagai orang yang mencarikan kesempatan dan aktivitas bagi anak agar kemampuan bersosialisasinya berkembang. Terkadang anak-anak tidak berani bicara dengan orang lain. Ketika ia diminta untuk bersalaman, mengucapkan terima kasih atau menyebut nama, ibu dan ayah telah memberinya kesempatanan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

C. Sumber Bacaan

The Process of Parenting oleh J. Brook. Penerbit: Mc. • Graw-Hill, tahun 2008

Marriage and Family Development oleh E. Duvall. • Penerbit: J.B. Lippincott Company. tahun 1977

Child Development oleh Laura E. Berk. Penerbit: • Pearson Education Inc., tahun 2003

The Big Book of How to Say It oleh Dr. Paul Coleman & • Richard Heyman, Ed. D. Penerbit: Prentice Hall Press, tahun 2001

28 Sukses Mengasuh Anak 3-6 Tahun

Amy Kadarharutami, M.Psi

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal

Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011

0 komentar:

Posting Komentar