KFC Setiabudi Semarang

ini nich teman-teman, bangunan Little 1 Academy Setiabudi, Semarang... Gabung yukk....

Pelepasan Balon Harapan Angkatan I

Coba teman-teman perhatikan, balonnya membentuk gambar hati lho... Berisikan harapan adik-adik dan para orangtua.

Mari Bermain dan Berkreasi

Little 1 Academy mengajak adik-adik semua untuk bermain dan bereksplorasi.. Let's join us.!!!

Adik-adik sedang mempelajari buah-buahan

Hayoo.. siapa mau buah durian?

Selasa, 23 April 2013

Disiplin pada Anak (part 3)

Hadiah, Pujian Dan Hukuman

Untuk menerapkan disiplin kepada anak, ibu-bapak kerap memberikan imbalan. Imbalan ini dapat berupa hadiah atau pujian. Akibatnya, anak ingin mengulangi lagi perilaku itu dengan harapan mendapatkan hadiah atau pujian kembali. Namun, apakah pemberian hadiah selalu bermanfaat?

Sebaliknya, bila anak tidak disiplin, orangtua kerap memberikan hukuman. Tujuan pemberian hukuman ini adalah agar anak menyadari bahwa perilaku yang telah dilakukan adalah tidak baik. Namun, bermanfaatkah pemberian hukuman kepada anak?

1. Hadiah

Ibu-bapak sering mengandalkan hadiah, khususnya bila menghadapi anak kecil. Ibu-bapak menggunakan uang untuk membujuk anak agar mau mengerjakan tugasnya. Terkadang ibu-bapak juga menyogok dengan memberi kue, agar anak mau makan sayur, menempelkan bintang emas di tangan untuk mengajak anak menggosok gigi secara teratur, dan lain-lain.

Hadiah begitu seringnya dimanfaatkan untuk membujuk anak. Banyak orang mengira bahwa hadiah merupakan metode yang tepat agar anak mau mengerjakan perilaku yang diharapkan oleh orangtuanya. Tetapi, apakah begitu?

Pemberian hadiah akhirnya membuat anak bosan dan menilai bahwa hadiah adalah hal yang biasa yang selalu akan didapatnya. Lama kelamaan hadiah akan menjadi kurang baik untuk mendisiplinkan anak karena:

- Hadiah kehilangan nilainya. Uang, mainan dan lain-lain akan tidak ada artinya kalau anak sudah memiliki semuanya.

- Anak dapat memperoleh hadiahnya sendiri. Dengan semakin anak besar maka anak akan dapat menemukan hadiahnya dan kebutuhannya sendiri.

- Anak hanya akan bertingkah laku baik bila ada hadiahnya. Bila tidak ada hadiahnya maka tingkah lakunya akan kembali lagi buruk.

- Anak akan merasa bila tidak ada hadiah artinya ia dihukum.

2. Pujian

Selain hadiah ibu-bapak juga sering memberikan pujian. Arti kata pujian adalah kata-kata yang artinya baik tentang seseorang, perilaku seseorang, atau prestasi seseorang. Beberapa contoh pesan-pesan pujian:

- Kamu anak yang baik.

- Kamu sudah menjadi pemain tenis yang sangat baik.

- Kamu benar karena menolak untuk pergi.

- Rambut kamu bagus sekali.

- Lukisan-lukisanmu indah sekali.

- Permainanmu benar-benar menunjukkan kemajuan.

- Pekerjaan rumahmu sekarang jauh lebih baik.

- Kamu pasti mampu mendapatkan nilai bagus.

- Pekerjaanmu sangat menyenangkan.

Pemberian pujian harus berhati-hati, karena terkadang anak tidak tahu maksud dari pujian itu sendiri. Misal, setelah anak selesai makan nasi, buah dan minum susu, ibu memuji dengan mengatakan pinter. Sebaliknya anak menjadi tidak tahu ia pinter untuk tingkah laku yang mana? Ia pinter karena makan buah atau makan nasi atau minum susu. Untuk itu, ketika ibu-bapak memuji tingkah laku anak harus dijelaskan, tingkah laku mana yang dipuji. Misal, Bagus nak, kamu sudah menghabiskan susumu.

3. Hukuman

Hukuman biasanya diberikan kepada anak, ketika muncul tingkah laku yang buruk atau tingkah laku yang tidak sesuai harapan ibu-bapak. Banyak ibu-bapak yang menggunakan macam-macam hukuman selain hukuman fisik. Misal, dikurung dalam kamar, disuruh tidur tanpa makan malam, tak boleh main ke luar rumah, tidak diajak omong, merampas mainan kesayangan anak, memaksa anak untuk menghabiskan makanan yang tidak disukainya, memanggil anak-anak dengan nama ejekan, membuatnya malu di depan teman-temannya.

Ada cara agar hukuman menjadi berguna dengan baik, yakni sebagai berikut:

- Bila tingkah laku yang buruk muncul maka anak diberi hukuman. Ketika tingkah laku itu muncul lagi maka ibu- bapak harus ajeg tetap memberi hukuman pada anak.

- Hukuman harus dilaksanakan segera setelah tingkah laku yang tidak baik dilakukan oleh anak.

- Hukuman seharusnya tidak dilaksanakan di depan anak-anak lain. Kalau tidak, anak bisa malu dan menjadi marah terhadap orangtua.

- Ibu-bapak harus menjaga bahwa tingkah laku yang salah itu, jangan sampai diberi hadiah.

- Anak-anak tidak boleh dihukum terlalu berat atau terlalu sering, karena anak mungkin akan melarikan diri. Misal, berhenti berusaha, meninggalkan tempat, berhenti sekolah, lari dari rumah, keluar dari tim, melarikan diri ke alkohol dan obat bius.

Ketika memberikan hukuman harus diingat, bahwa hukuman yang diberikan adalah hukuman yang ringan. Jangan sampai hukuman berat seperti memukul (fisik). Bila orangtua sering memberi hukuman, maka hukuman ringan akan berubah menjadi hukuman berat. Hal ini dapat terjadi karena biasanya saat menghukum ibu-bapak dalam kondisi marah sehingga sulit untuk mengontrol dirinya sendiri.

Adanya hukuman sering membuat anak tidak paham, kenapa satu perilaku boleh dilakukan dan perilaku lain tidak boleh dilakukan. Perilaku yang baik muncul di kala orangtua ada, sedangkan dikala tidak ada orangtua maka perilaku yang buruk akan muncul kembali.

Anak yang biasa dihukum akan meninggalkan kesedihan, ketakutan, kemarahan yang memengaruhi perkembangan jiwa anak. Selain itu hukuman yang diberikan pada anak dapat memupuk kekerasan dan kemarahan pada anak, sehingga nantinya anak dapat menjadi orang yang memiliki sifat keras, kasar pada orang lain. Melihat dampaknya yang kurang baik maka lebih baik hukuman tidak digunakan, kecuali dengan pemikiran yang matang dan keahlian yang baik dari penghukum (orangtua).

H. Pesan Untuk Ibu-Bapak

Dengan memahami cara-cara dan aturan yang harus dikuasai saat mendisiplinkan anak, maka ibu-bapak akan lebih mudah untuk mengajarkanl tingkah laku yang baik kepada anak. Cara-cara yang sudah disampaikan dibuku ini dapat digunakan untuk mendisiplinkan berbagai macam tingkah laku misalnya makan, menggosok gigi, mandi dan lain-lainnya.

Selain itu perlu diingat bahwa ibu-bapak pasti dapat mendisiplinkan anak dan ibu-bapak harus yakin bahwa anak pasti dapat disiplin. Bila kedua hal ini diingat maka ibu-bapak tidak akan cepat marah ketika sedang mengajarkan disiplin pada anak.

I. Sumber Bacaan

Goerge S. Morrison, Early Childhood Education . Today, Eleventh edition, Peaarson International Edition, New Jersey, 2009

Robert S. Siegler., Martha Wagner Alibali, Childrenfs . Thinking, Fourth Edition, Prentice Hall, 2005

Thomas Gordon, Teaching Children Self-Dicipline, . New York, 1989

Ferry Wickoff, Barbara Unell, Dicipline without . Shouting or Spanking, 1992

Charles Schaefer, terjemahan Turman Sirait, Cara . Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Mitra Utama, Jakarta, 1996

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia DiniDirektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan InformalKementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011 Dr. Rose Mini

Kamis, 11 April 2013

Kesiapan Anak sekolah (part 2)

Panduan Menyiapkan Anak Masuk SD

Dengan melihat ciri-ciri kesiapan anak masuk SD, inilah yang perlu dilakukan ibu-ayah agar ananda siap masuk SD.

1. Sering mengajak anak berkunjung ke lingkungan di luar rumah, agar anak terbiasa dengan berbagai lingkungan yang ada, misalnya diajak ke pasar, ke warung, ke rumah bu RT. Dorong ananda untuk berkenalan dan minta ia memerhatikan kegiatan yang sedang dilakukan di pasar atau warung, dan sebagainya.

2. Tanyakan pada anak, apa yang telah dilakukannya di hari itu. Hargailah setiap jawaban anak. Hindari pertanyaan yang diajukan bertubi-tubi karena akan membuat anak kesal dan akhirnya tidak mau bercerita. Contoh, “Adik sedang apa? Tadi waktu Ibu ke pasar, Adik menangis tidak? Besok Adik mau ikut Ibu dan Bapak ke rumah Eyang?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini membuat anak bingung; dia belum menjawab satu pertanyaan, eh sudah diajukan lagi pertanyaan lain.

3. Berkunjung ke SD yang ada di dekat rumah atau SD yang akan dituju kelak dan berkenalanlah dengan guru-guru di sana. Hal ini berguna bagi anak agar tidak malu dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Kalau sering berkunjung dan berkenalan dengan guru-guru di sana, anak pun akan terbiasa dengan lingkungan sekolahnya kelak. Jika anak memiliki kakak di SD, tentu akan lebih mudah bagi ibu-ayah untuk memperkenalkan lingkungan SD.

4. Ajak anak untuk menyalurkan kegiatan fisiknya secara lebih terarah, misalnya berlari, memanjat pohon, meniti trotoar (pinggir jalan raya),

5. Perbanyak kegiatan yang menunjang perkembangan motorik halus seperti bermain tanah liat, membuat tulisan di atas pasir atau tepung dengan menggunakan jari tangan, membantu ibu menggiling adonan, membantu ibu memeras santan, dan lainnya.

6. Tanamkan tanggung jawab dan kemandirian kepada anak, seperti selesai makan membawa piring ke dapur untuk dicuci ibu, membereskan mainan setiap kali selesai bermain, dan lain-lain. Pada awalnya ibu-ayah memberikan contoh, kemudian melakukannya bersama anak, selanjutnya biarkan anak melakukannya sendiri, sehingga lama kelamaan akhirnya anak terbiasa dan tidak selalu minta tolong ibu-ayah maupun orang dewasa lainnya

7. Ciptakan kondisi belajar sambil bermain sehingga anak terbiasa bahwa belajar itu menyenangkan. Contoh, sambil mengajak anak ke pasar diperkenalkan nama sayuran dan warnanya, apa bedanya dengan sayuran lain, dan seterusnya.

8. Hargai setiap hasil karya anak. Ketika anak menunjukkan hasil tempelan aneka daun-daunan di sebuah kertas, katakan kepada anak, “Wah... bagus sekali hasil buatanmu, Nak. Ibu boleh tahu tidak ini apa?”.Hal ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Hindari perkataan seperti, “Mestinya bentuknya seperti ini...” (sambil ditunjukkan caranya). Komentar seperti ini akan mengecilkan hati anak dan membuat anak merasa tidak dihargai hasil karyanya, akhirnya anak jadi malas untuk berkarya lagi.

9. Jawablah setiap pertanyaan anak, namun jika ibu-ayah tidak tahu, katakanlah secara terus terang, “Wah, Nak...Ibu belum tahu kenapa kapal terbang bisa terbang.... Coba nanti kita tanya Bapak, mungkin Bapak tahu jawabnya.”

10. Boleh juga bila ibu-ayah mau memperkenalkan anak dengan kegiatan menulis, membaca, dan berhitung untuk membantu perkembangan kemampuan dasar anak. Akan tetapi lakukan melalui kegiatan yang menyenangkan dan sambil bermain sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas. Misalnya, kegiatan menulis, “Ayo... sekarang membuat titik-titik air hujan.”

D. Yang Harus Dihindari Oleh Ibu Dan Ayah:

1. Memaksa anak belajar menulis, membaca, atau berhitung di saat anak belum siap.

2. Menuntut terlalu tinggi pada anak. Misalnya, anak harus bisa menulis dengan rapi, sehingga jika terjadi kesalahan, anak harus menghapus dan mengulangnya kembali sampai betul.

3. Menyempurnakan hasil karya anak, karena ibu-ayah tidak puas dengan hasil karya anak. Cara ini sungguh tidak bijak, karena dapat membuat anak menjadi kecil hati.

E. Penutup

Memasuki pendidikan di SD memiliki warna tersendiri dalam kehidupan suatu keluarga, terlebih jika ananda merupakan anak pertama. Berbagai hal diupayakan pada anak agar ia berhasil masuk SD. Sejauh ini kebanyakan orangtua hanya menganggap, untuk masuk SD, anak sudah harus berusia 7 tahun serta sudah harus bisa membaca, menulis, dan berhitung. Oleh karena itu, banyak orangtua menyiapkan anaknya ke arah kemampuan-kemampuan tersebut. Padahal, harusnya tidak demikian, karena masih banyak kemampuan lainnya yang juga perlu diasah agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

Nah, agar ibu dan ayah dapat memberikan bantuan yang juga maksimal kepada anak, maka ibu dan ayah dapat membaca seri buku panduan yang lainnya, seperti Mengembangkan Kmampuan Dasar Anak Mengenai Angka dan Konsep Matematik; Mengembangkan Kemampuan Awal Membaca Anak Usia Dini; Anak Bertanya Orangtua Menjawab, dan lainnya. Selamat membaca dan menyiapkan anak masuk SD!

Rabu, 10 April 2013

MENGASAH KETERAMPILAN/KECERDASAN MOTORIK ANAK USIA 2-4 TAHUN

Selama periode usia 2—4 tahun, anak menunjukkan perubahan di seluruh aspek perkembangannya. Dari bayi yang sangat bergantung pada orang lain menjadi anak yang mandiri dan dapat bergerak bebas ke mana pun ia inginkan. Dari hanya bisa menangis, sekarang anak dapat berbincang-bincang dengan asyik mengenai banyak hal dengan ibu dan ayah. Demikian pula perkembangan sosialnya. Pada periode ini anak menikmati sekali bermain dengan anak-anak sebayanya. Ia pun belajar berbagai keterampilan sosial dalam interaksi bersama lingkungan sosialnya.

Buku berseri ini bertujuan agar ibu dan ayah dapat memahami aspek perkembangan anak pada enam tahun pertama kehidupannya. Dengan pemahaman tersebut, diharapkan ibu dan ayah dapat mendampingi dan menyediakan lingkungan yang lebih baik untuk anak mengembangkan kemampuannya. Terdapat empat aspek utama perkembangan anak yang dibahas dalam serial buku ini, yaitu : aspek gerakan kasar dan gerakan halus, bahasa, kecerdasan, dan sosial-emosi. Pemahaman yang menyeluruh dan seimbang terhadap aspek perkembangan akan lebih efektif dibandingkan fokus terhadap satu aspek saja. Setiap kegiatan yang diberikan di dalam buku ini bisa berdampak pada beberapa aspek dan bermanfaat bagi perkembangan kemampuan anak Ibu dan ayah dapat memahami setiap aspek perkembangan sesuai dengan usia anak. Khusus pada buku ini akan dibahas mengenai aspek gerakan kasar dan gerakan halus anak usia 2 sampai 4 tahun. Perkembangan gerakan kasar dan gerakan halus anak mengalami perubahan pesat dibanding periode usia sebelumnya. Inilah masa dimana anak melatih keterampilannya agar ia menguasai keterampilan gerakan kasar dan gerakan halus dengan lebih baik sebagai bekal ketika ia memasuki usia sekolah.

Penting diingat, tujuan utama memahami tahap perkembangan anak adalah agar kita dapat memberikan perangsangan secara berhasil guna, dengan berbagai cara dan variasi. Untuk itu, ibu dan ayah dituntut kreatif dalam menciptakan kegiatan-kegiatan yang merangsang perkembangan anak. Contoh kegiatan yang ada di dalam buku ini dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan masing-masing anak. Setiap anak adalah unik dan kita harus dapat memahami keunikannya. Hindari memaksa anak melakukan kegiatan yang barangkali belum dikuasainya. Apalagi bila ibu dan ayah merasa bahwa anak lain yang seusia dengan anak sudah dapat melakukannya. Bila anak belum dapat melakukan kegiatan yang dirangsangkan atau terlihat belum tertarik, cobalah kegiatan yang sama beberapa kali dengan diberi rentang waktu.

Di dalam pembahasan mengenai aspek gerakan kasar dan gerakan halus, materi ini akan memberikan contoh perangsangan dan kemampuan yang dapat dikuasai anak pada usia tertentu. Penjelasan tersebut tidak bersifat kaku atau suatu keharusan. Ingat, setiap anak adalah unik dan hasil dari suatu perangsangan dapat berbeda antaranak.

Terdapat tiga sumber yang merupakan dasar dari kemampuan anak untuk mengendalikan lengan, kaki, badan, keseimbangan, dan kerja sama, yaitu kemampuan, perangsangan, dan perubahan fisik.

Kemampuan gerak sebenarnya sudah terlihat pada 15 bulan pertama kehidupan anak. Di awal kehidupannya, anggota gerak anak bergerak tanpa arah, kemudian seiring dengan perkembangannya, anak mampu mengarahkan geraknya dengan baik.

Perangsangan yang ibu dan ayah berikan sehingga anak mampu menguasai keterampilan dasar gerak tubuh seperti tengkurap dan berbaring, merangkak, sampai akhirnya berjalan. Anak masih memerlukan dukungan ibu dan ayah untuk melatih keterampilannya dalam aspek gerakan kasar dan gerakan halus.

1. Perubahan Fisik Yang Terjadi Sejak Tahun Ke Dua

a. Berat dan Tinggi Badan. Anak mengalami tinggi dan berat badan yang berkembang pesat. Kakinya menjadi lebih panjang dan otot-ototnya menjadi lebih kuat. Dengan demikian anak bisa bergerak lebih lincah, lebih cepat, dan lebih bertujuan.

b. Otak. Ketika lahir, berat otak anak kira-kira 25% dari berat otaknya ketika ia dewasa kelak. Pada usia 2 tahun, berat otaknya mencapai 75%. Perkembangan otak sejalan dengan kematangan bagian otak yang memungkinkan anak mengendalikan postur tubuh dan keseimbangannya.

c. Penglihatan. Salah satu efek dari kematangan otak yang terjadi pada periode ini adalah kemampuan penglihatan yang membaik dan anak mampu memusatkan perhatiannya lebih akurat. Untuk dapat melakukan kegiatan fisik yang menantang secara efektif, seperti memanjat, berlari, melempar, dan mempertahankan keseimbangan, anak harus mampu menggunakan penglihatannya dengan baik.

Meskipun kemampuan geraknya berkembang dengan pesat, anak juga mengembangkan kemampuan gerakan halus untuk mengembangkan kemampuan belajar dan pemahamannya. Pada periode ini, kemampuan anak mengendalikan tangan dan jari makin berkembang. Kemampuan ini memungkinkan anak memegang benda kecil dan mengendalikan tangannya pada kegiatan makan, serta membawa benda-benda tanpa bantuan.

Memasuki masa usia prasekolah, anak makin menunjukkan keterampilan fisik dan gerak yang ia kembangkan sebelumnya. Tantangan-tantangan kegiatan kerja sama fisik seperti melompat, sekarang dapat dilakukannya dan ia makin berusaha agar dapat melakukan kegiatan yang lain. Tentu saja, sebelum ia mampu melakukan kegiatan itu secara terampil, anak akan melalui banyak latihan. Tubuhnya pun menjadi lebih lincah dan kuat dari sebelumnya. Akan terlihat perbedaan yang jelas antara kemampuan gerakan kasar dan gerakan halus anak usia batita dan usia prasekolah.

Perkembangan gerakan halus menjadi sangat penting pada usia prasekolah. Bukan hanya agar anak lebih mandiri, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan penyelesaian masalah dan kemampuan belajar. Di usia ini, anak mulai berlatih untuk menggunakan jari tangannya dalam menulis. Keterampilan menulis akan menjadi penting. Dengan kematangan otot dan saraf-sarafnya, gerakan tangan dan kerja sama penglihatan anak menjadi lebih baik.

Pilihan penggunaan tangan yang menonjol, kanan atau kidal, biasanya akan jelas terlihat pada saat anak memulai sekolah. Penelitian menunjukkan, penggunaan tangan yang menonjol berkaitan dengan belahan otak. Jika anak lebih sering menggunakan tangan kanan, berarti belahan otak kirinya yang mengendalikan seluruh bagain tubuh sebelah kanan. Sebaliknya, jika penggunaan tangan kiri (kidal) yang lebih menonjol, maka belahan otak kanannyalah yang mengendalikan seluruh bagian tubuh sebelah kiri. Oleh karena itu, ibu dan ayah tidak perlu mengubah pilihan penggunaan tangan yang dilakukan oleh anak, kanan atau kidal sama saja. Justru jika ibu dan ayah berusaha memindahkan penggunaan tangan yang menonjol ini, penelitian membuktikan ada kemungkinan terjadi keterlambatan bicara pada anak. Sebagai hasil dari proses fisik yang berkembang, kematangan otot dan sarafnya, anak membuat perubahan besar pada keterampilan geraknya, seperti melompat, berlari, memanjat, dan mempertahankan keseimbangan. Anak terlihat lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan fisik.

Pada periode ini, anak sudah mengenal sejauh mana kemampuannya, apa yang sudah bisa dan belum dilakukannya. Ia pun menjadi lebih mandiri dengan tidak perlu meminta bantuan kepada ibu dan ayah untuk mengambil atau meletakkan mainannya. Anak juga sudah bisa menggunakan sendok dan garpu dengan cukup baik, bahkan mungkin ia mulai berlatih mengenakan dan melepas pakaiannya sendiri.

a. Kegiatan Yang Dapat Dilakukan

  1. Bermain lompat kelinci, Letakkan sepotong balok atau kotak bekas ukuran kecil di lantai. Atau, buatlah garis lurus di lantai. Minta anak melompati rintangan itu seperti kelinci.
  2. Jalan-jalan, daripada mendorongnya di kereta ketika berjalan-jalan di pusat perbelanjaan atau keliling perumahan, lebih baik ibu dan ayah berjalan bersama anak.
  3. Lari-lari, Sambil bergandengan tangan, ajak anak berlari kecil. Anak akan berusaha untuk berlari kecil, meskipun ia belum seimbang dalam berlari. Dengan adanya ibu dan ayah di sisi anak, ia akan merasa aman.
  4. Senam bersama, Putar lagu yang riang dan disukai anak, kemudian lakukan gerakan-gerakan senam bersama, seperti membungkukkan badan, mengangkat kaki, melambaikan tangan, berjalan seperti bebek, dan sebagainya. Anak akan berusaha meniru gerakan ibu dan ayah dengan riang gembira.
  5. Berjalan di titian, Carilah titian yang ada di sekitar lingkungan kita, barangkali sebatang kayu atau balok di pinggiran trotoar. Awalnya, biarkan anak berpegangan npada tangan ibu dan ayah. Ia akan melatih keterampilan gerak dan keseimbangannya. Buat permainan jadi menyenangkan, misalnya dengan pura-pura menyeberangi sungai yang penuh buaya.
  6. Masak bersama, Anak senang sekali bila ia diperkenankan memetik daun dari bayam yang akan dijadikan sayur untuk makan siang. Demikian pula ketika ibu dan ayah meminta bantuannya untuk memisahkan taoge yang sudah bersih dengan yang belum. Kegiatan di dapur akan sangat menarik bila anak dapat dilibatkan.
  7. Menggambar dengan berbagai alat gambar, Spidol, krayon, pensil warna, cat air, atau arang sekalipun bisa menjadi pilihan untuk menggambar. Medianya pun bisa bermacam-macam. Anak bisa menggambar di kotak bekas susu yang sudah dilapisi kertas bekas atau di balik kalender yang sudah tidak terpakai.
  8. Libatkan dalam kegiatan sehari-hari, Anak bisa membantu ibu dan ayah dalam kegiatan harian, seperti menjepit jemuran, merapikan tempat tidurnya, atau meletakkan pakaian kotor ke keranjang cucian. Keterampilan gerak anak menjadi lebih rumit dan terkendali. Ia mampu menggunakan dua area perkembangan sekaligus sehingga kegiatannya pun menjadi lebih bervariasi. Bahkan, di usia ini anak mulai berlajar merencanakan strategi tertentu untuk mencapai tujuannya. Anak makin percaya diri dengan kemampuan yang ia miliki. Ia mengetahui kemampuan keseimbangannya, kerja sama, dan kekuatan ototnya. Dengan pengetahuannya ini ia lebih tertantang dalam melakukan kegiatan fisik.

Bentuk permainan dan mainan untuk anak usia ini menjadi sangat bervariasi. Ia dapat bermain bongkar pasang yang lebih rumit, menggunakan pensil dan krayon sebagai alat permainan. Anak ingin mencoba apa saja yang membuatnya merasa tertantang. Ia pun senang bermain dengan anak lain.

2. Perkembangan Gerakan Kasar Dan gerakan Halus Pada Usia

a. Kegiatan Yang Dapat Dilakukan

1. Perencanaan.

Sarankan pada anak untuk memikirkan apa yang akan dilakukannya ketika hendak melakukan sesuatu. Anak mulai belajar merencanakan gerakannya sehingga ia berhasil menyelesaikan tantangan yang dihadapinya.

  1. Bermain jungkat-jungkit.

Permainan ini melatih otot lengan dan kaki anak, juga mengembangkan rasa percaya dirinya akan keseimbangan tubuh.

  1. Bermain sepak bola.

Ibu dan ayah dapat menendang bola ke arah anak dari jarak sekitar 4 meter, kemudian minta anak menendang bola itu kembali kepada ibu dan ayah tanpa menghentikan bola itu terlebih dahulu. Dengan beberapa kali latihan, anak pasti bisa melakukannya dengan baik.

  1. Berjalan di permukaan yang tidak rata.

Carilah taman atau tanah lapang yang memiliki permukaan tidak rata, misalnya ada bukit kecil atau turunan, lalu bermainlah dengan anak. Memanjat dan menuruni jalan akan melatih kemampuan keseimbangan dan kendali gerakan anak.

  1. Bermain lempar-tangkap.

Mulailah dengan bola berukuran sedang. Jika anak sudah berhasil menangkap dari arah depan, cobalah melempar bola dari arah atas atau bawah.

  1. Bermain halang rintang.

Permainan yang seru jika ibu dan ayah juga ikut menemaninya. Carilah lokasi yang memungkinkan anak dapat memanjat, berlari, dan merangkak. Atau, ibu dan ayah juga bisa melakukannya di rumah dengan menggunakan furnitur yang ada di rumah.

  1. Bermain plastisin.

Kemampuan gerakan halusnya akan semakin berkembang bila anak berlatih dengan bermain plastisin. Ia bisa membuat berbagai bentuk. Anak juga bisa berlatih memotong atau menggunakan peralatan plastisin untuk menggilingnya.

  1. Bermain konstruktif.

Aneka balok dapat menjadi sarana bagi anak untuk melatih kerja sama mata-tangannya. Ia dapat membangun kota lengkap dengan stasiun kereta. Jika tidak ada balok, ibu dan ayah dapat menggunakan kardus/kotak bekas susu dan pasta gigi yang dilapisi dengan koran. Anak juga bisa menggambar detail di balok-balok tersebut, misalnya, pintu mobil, jendela kereta, dan sebagainya.

  1. Bermain pasir dan air.

Bermain pasir berguna untuk merangsang jari-jari dan tangan anak dengan tekstur yang berbeda. Anak tidak hanya dapat membangun istana pasir, tetapi juga menggambar atau berlatih menuang. Bermain pasir dapat dilakukan di pantai atau bisa juga dengan menggunakan tepung kanji sebagai pengganti pasir. Sedangkan bermain air dapat dilakuan sambil anak mandi, bukan?

  1. Menggambar dengan meniru dan menjiplak.

Anak dapat berlatih keterampilan memegang alat tulis dan menulis dengan menjiplak. Selipkan gambar sederhana di bawah kertas untuk anak ikuti polanya. Bila sudah bisa, anak dapat meniru gambar yang ada. Mulailah dengan yang sederhana dan beri penghargaan pada anak atas hasil karyanya.

Masa ini adalah masa yang menyenangkan bagi perkembangan anak. Ia sudah lebih mandiri dan mampu melakukan hampir semua kegiatan yang bisa dilakukan orang dewasa. Keinginannya untuk mencoba banyak hal pun menjadi sangat menarik sebagai sarana perangsangan. Tetaplah mendampingi anak dalam melakukan semua kegiatannya. Tetaplah bersikap menyenangkan dan santai sehingga anak pun merasa nyaman dan mau mencoba berbagai hal baru yang belum dikuasainya. Tak lupa, beri kesempatan pada anak untuk beristirahat atau bermain sendiri. Bila ia merasa segar dan santai, anak dapat dengan nyaman melatih keterampilannya untuk menjadi lebih baik.

Daftar Bacaan

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal

Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011

Sari Rahayu, S.Gz

Alzena Masykouri, M. Psi

Minggu, 07 April 2013

Bercerita dan Imajinasi Anak (part 3)

A. Si Kecil Suka Mengulang Cerita

Ini terjadi pada banyak batita (bawah tiga tahun) dan balita (bawah lima tahun). Dalam sebuah kurun waktu, mereka akan senang sekali dengan cerita yang sama berulang – ulang. Banyak orang tua yang menjadi bosan menceritakan hal yang sama setiap hari.

Jika ini terjadi pada si kecil, jangan heran! Mengapa hal ini bisa terjadi? Batita dan balita senang sekali mampu memahami sebuah cerita dari awal hingga akhir. Mereka senang dapat menebak akhir cerita, dan menemukan hal yang lucu, menegangkan dan seru pada beberapa bagian dari cerita tersebut. Itulah sebabnya mereka senang sekali mengulang-ulang cerita yang sama. Bagi mereka ini adalah sebuah prestasi tersendiri.

Bagaimana menghadapi hal ini? Silakan bercerita hal yang sama berkali-kali. Namun, sesekali belokkan cerita sedikit demi sedikit. Bagaimana kalau si kecil protes? Ibu dan ayah bisa kembali pada alur cerita asli, namun boleh menambahkan jumlah tokohnya. Hal ini harus dilakukan untuk merangsang si kecil agar siap mendengarkan cerita baru.

B. Si Kecil Ingin Bercerita

Si kecil adakalanya tidak ingin mendengarkan cerita ibu dan ayah. Mereka ingin gantian bercerita pada orang tuanya. Mengapa ini bisa terjadi? Sebab anak telah penuh daya ingatnya dengan berbagai cerita. Bagaikan gelas yang sudah penuh, si kecil sudah “luber” dengan ide cerita. Anak ingin berbagi cerita dengan orangtuanya.

Biarkan anak bercerita dan orang tua menjadi pendengar yang baik. Cerita yang disampaikan anak, umumnya berantakan. Kata, kalimat dan jalan ceritanya tidak runut. Tidak apa-apa. Anak sedang belajar mengutarakan pemikiran dengan baik. Jangan kritik cerita mereka. Sebaliknya, ibu dan ayah harus memuji kemampuan mereka. Supaya mereka lebih termotivasi lagi untuk berbicara, bertutur dan menyampaikan ide di kepala mereka.

Sesekali perbaiki perbendaharaan kata mereka, atau susunan ceritanya. Namun ibu dan ayah tetap harus bereaksi positif terhadap cerita anak. Rangsang anak untuk memberi nama pada setiap tokoh yang digunakan. Tugas orang tua mengingatkan si kecil tentang nama dan jalan cerita.

Rangsang si kecil untuk terus mampu mengembangkan jalan cerita. Tanyakan permasalahan ceritanya, dan jangan lupa menanyakan perasaan si tokoh dalam cerita tersebut.

C. Pesan untuk Ibu dan Ayah

Bercerita adalah sebuah proses yang panjang. Dalam prosesnya selalu ada hambatan yang bisa membuat ibu dan ayah putus asa untuk melakukan kegiatan ini. Namun, harus diingat bahwa dalam proses bercerita bagi batita (bawah tiga tahun) dan balita (bawah lima tahun) yang ingin dicapai adalah ketrampilan mendengar, berbicara dan membaca. Jadi, jika si kecil belum dapat mencerna isi cerita dengan baik atau tidak ingat sama sekali cerita yang sudah diberikan, sebaiknya jangan putus asa!

Kegiatan ini adalah sebuah kegiatan yang bersifat seru, hangat dan penuh kasih sayang. Jangan melakukan kegiatan bercerita seperti belajar dan membuat pekerjaan rumah.

Kadang ibu dan ayah sukses bercerita bagi si kecil, kadang tidak berhasil sama sekali. Jika gagal, jangan pernah berpikir bahwa ibu dan ayah adalah orang tua yang tidak baik. Gagal bercerita itu terjadi pula pada pendongeng yang sudah mahir. Suasana hati, kesehatan tubuh, kejenuhan si kecil kadang menjadi kendala ibu dan ayah dalam bercerita. Jangan putus asa, jalan terus!

Terakhir, ibu dan ayah harus menjalankan kegiatan ini dengan hati yang ikhlas karena prosesnya tidak mudah. Ikhlaskan hati, jika si kecil tidak memedulikan cerita. Hal ini bisa terjadi karena si kecil sedang bosan dan jenuh, namun jangan pernah berhenti bercerita.

Hasil jerih payah bercerita, tidak dapat dilihat dalam seketika. Nanti jika si kecil sudah dewasa baru akan terlihat hasilnya. Oleh sebab itu bersabarlah dalam bercerita.

Kegiatan ini sebaiknya tidak saja berhenti pada masa batita dan balita, lakukanlah walau anak sudah menduduki jenjang Sekolah Dasar. Karena proses bercerita adalah proses komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

Selamat mencoba!

D. Sumber Bacaan

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal

Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011

Selasa, 02 April 2013

Televisiku…

Selasa, 2 April 2013


Hari ini adik-adik Little Egg berekplorasi tentang televisi.....mereka bercerita tentang tontonan favorit mereka. Kebanyakan suka menonton disney kids atau vcd anak-anak. Wah mama-mama hebat ya dalam mengarahkan apa yang di tonton adik-adik. Setelah selesai bercerita, adik-adik membuat televisi bersama mama setelah selesai membuat adik-adik beraksi layaknya orang yang sedang siaran televisi. Ada yang bercerita, ada juga yang bergaya dan ada yang cuma ingin masuk dalam televisi buatannya. Lucunya...

pic20130402131553

Televisi & Acara Kesukaanku…

Rabu 27 Maret 2013


Kelas Big Egg, masing-masing bercerita tentang acara kesukaan mereka. Ada yang menonton televisi saat makan pagi, ada pula yang bangun tidur langsung menonton televisi dan ada yang menonton televisi saat sore hari.
Setelah bercerita mereka dibantu mama membuat televisi mereka sendiri yang terbuat dari kardus bekas.

20130327_101135

20130327_102720