Minggu, 31 Maret 2013

Bermain Bagi Anak Usia Dini (part 1)

Raya, bayi perempuan kecil berumur 3 bulan, sedang mengeluarkan bermacam-macam suara dari mulutnya sambil memandangi tangannya. Sesekali tangannya dimasukkan ke dalam mulut, diselingi tawa kecilnya. Di dekatnya, Rafi, kakak laki-laki yang berusia 3 tahun, bermain mobil-mobilan dengan menggunakan kulit jeruk bali. Sementara di luar rumah ada 5 anak perempuan dan laki-laki sedang bermain petak umpet sambil tertawa-tawa.

A. Dunia Anak Adalah Bermain

Tahukah Ibu dan Ayah bahwa anak-anak di seluruh dunia melakukan suatu kegiatan yang disebut bermain? Tidak peduli mereka ada di Nigeria, Papua Nugini, Arab, Amerika, Eskimo, Nepal, Medan, Palangkaraya, Timika atau di mana pun. Ananda bisa bermain sendirian maupun dengan teman dan orang dewasa. Ananda dapat bermain dengan menggunakan alat permainan yang memang sengaja dibuat untuk anak-anak dan sudah digunakan di seluruh dunia sejak lama. Contohnya, boneka, bola, mainan yang merupakan tiruan dari alat-alat yang ada dalam kehidupan sehari-hari (seperti, alat masak-masakan, alat pertukangan, alat dokter-dokteran, mobi-mobilan), dan masih banyak lagi. Ananda juga dapat bermain dengan menggunakan apa pun benda yang mereka temukan, seperti kayu, batu, atau daun, menjadi mainan yang mereka inginkan. Ananda bermain seperti yang dicontohkan oleh orang dewasa atau anak-anak lain yang lebih tua. Ananda bermain dengan suara-suara yang mereka keluarkan atau percakapan yang mereka lakukan.

Pada dasarnya, semua orang bermain, dari bayi hingga remaja, bahkan sampai dewasa. Hanya saja, dibandingkan remaja dan orang dewasa, anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain. Hal ini didukung oleh Deklarasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pasal 7 ayat (3) yang berbunyi, “Anak perlu mendapatkan kesempatan penuh untuk bermain dan berekreasi, sama seperti kesempatan untuk mendapatkan pendidikan; masyarakat dan pemerintah harus berperan aktif mendukung pemenuhan hak tersebut”. Nah, karena anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain, maka tidak salah kalau ada ahli yang mengatakan bahwa bermain adalah “pekerjaan” anak; melalui bermain, anak akan tumbuh dan berkembang.

Sejak bayi, ananda sudah bermain, karena bermain adalah suatu kegiatan yang secara alamiah telah dimiliki oleh setiap anak. Tidak seperti kegiatan berjalan, berbicara, menulis, membaca atau berhitung, yang membutuhkan bantuan dari orang lain untuk mengajarkannya, maka untuk bisa bermain, anak-anak tidak memerlukan orang lain untuk memulai mengajarinya bermain. Sebenarnya, apa sih bermain itu? Secara umum orang berpendapat, bermain adalah kegiatan yang serta-merta atau tanpa direncanakan lebih dahulu, tidak mempunyai tujuan tertentu, dan lebih didorong oleh kebutuhan untuk memperoleh kesenangan. Jadi, bisa dibilang, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan anak-anak kita melakukannya setiap hari dengan senang hati. Dalam keadaan senang dan santai, tanpa disadari ananda akan lebih mudah mempelajari banyak hal. Semua yang dilihat dan didengar oleh ananda akan dengan mudah diiingat karena lebih berkesan, sehingga sebenarnya amat banyak hal yang dipelajari oleh anak-anak kita saat mereka sedang

Tentunya, kegiatan bermain anak berbeda-beda saat mereka masih bayi dibandingkan saat berusia 2 tahun. Ketika bayi, kegiatan bermain lebih banyak menggunakan anggota tubuhnya sendiri, kurang banyak menggunakan alat permainan, dan biasanya dilakukan sendirian atau dengan orangtua/orang dewasa lain. Setelah berusia sekitar 6 bulan, ananda mulai senang menggunakan alat permainan yang diberikan oleh orangtua. Sampai usia sekitar 2 tahun, biasanya ananda lebih banyak bermain di rumah dan lebih kerap bermain sendiri atau bersama dengan saudara kandung. Setelah masuk usia prasekolah (PAUD), barulah ananda lebih banyak bermain dengan teman sebaya.

B. MANFAAT BERMAIN

Dengan bermain, anak akan tumbuh dan berkembang. Ada 5 aspek perkembangan yang akan dirangsang dengan bermain, yaitu:

1. Aspek Fisik-Motorik

Yang dimaksud aspek fisik-motorik adalah kemampuan gerak, baik gerakan kasar maupun gerakan halus. Dengan bermain, ananda diharapkan dapat mengontrol, baik gerakan kasar maupun gerakan halusnya.

Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk merangsang gerakan kasar adalah:

a. Gerakan-gerakan menendang atau mengisap jari jemari pada bayi.

b. Berjalan pada satu garis lurus atau mengangkat satu kaki untuk keseimbangan.

c. Dudukkan ananda di pangkuan, pegang di bawah ketiaknya, gerakkan kaki Ibu/Ayah, dan buat suara seolah-olah ananda naik mobil/motor/kuda.

d. Menangkap atau menendang bola, dan masih banyak

Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk mengontrol gerakan halus adalah:

a. Menggenggam dan menggerak-gerakkan mainan pada bayi.

b. Bermain dengan tanah liat, ubleg, play dough.

Kegiatan ini baik untuk melatih keterampilan mengontrol jari-jemari. Sediakan adonan sagu dicampur air, berikan pewarna makanan atau menggunakan saus tomat, kemudian minta ananda mengambil adonan tersebut ke sebuah kertas dan membuat pola atau bentuk sesuai kehendak mereka.

c. Mengambil benda-benda berukuran kecil.

Kumpulkan beberapa benda kecil seperti biskuit, permen, batu kerikil, kulit kerang, dan lain-lain, lalu minta ananda mengambil benda-benda tersebut dan menaruhnya ke dalam botol. Kegiatan ini baik untuk melatih kemampuan gerakan halus serta menyatukan gerak dan irama antara mata dan tangan.

2. Aspek Sosial

Melalui bermain, ananda belajar mengenal jenis kelamin mereka, bagaimana membina hubungan dengan orang lain, mengerti aturan, bisa berbagi dengan orang lain, menunggu giliran, dan mampu memahami orang lain.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aspek sosial adalah:

a. Ajak ananda bermain teka teki mengenai nama tetangga di sebelah kiri, kanan, dan depan rumah. Misalnya, Siapakah nama ayah yang rumahnya ada di depan rumah kita?.

b. Saat ananda bermain dengan teman-temannya, ajarkan agar ia mau berbagi mainan dengan teman atau menunggu giliran.

3. Aspek Emosi

Melalui kegiatan bermain, ananda dapat melatih kesabaran, belajar menerima kekalahan, kecewa, mengatur emosi marah, tidak mudah menyerah, dan dapat mengemukakan perasaan mereka. merangsang perkembangan emosi adalah:

a. Saat bermain bersama teman, lalu mereka rebutan mainan, maka ananda akan belajar mengatur emosi mereka.

b. Anak bermain peran sebagai guru, dapat melatih rasa percaya diri.

4. Aspek Bahasa

Saat bermain, ananda akan mendengar dan berbicara. Hal ini akan melatihnya untuk memahami orang lain dan menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pikirannya. Selain itu, melalui bahasa, ananda juga belajar untuk menjalin hubungan dengan orang lain dan menambah penguasaan kata.

Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aspek bahasa adalah:

a. Membacakan buku cerita.

b. Menyanyi lagu-lagu sederhana seperti Balonku

c. Mengajak ananda berbicara dan bermain cilukba pada bayi.

d. Bermain tebak kata. Contoh :Benda ini dipakai untuk makan, bentuknya biasanya bulat, apakah itu?.

5. Aspek Kecerdasan

Melalui bermain ananda belajar bagaimana menyelesaikan masalah, meningkatkan daya ingat, memusatkan perhatian pada suatu kegiatan, dan lain-lain.

Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aspek kecerdasan adalah:

a. Ajak ananda menyanyikan lagu Satu-satu aku sayang ibu hingga selesai. Saat menyanyi dan mengucapkan satu-satu, tunjukkan angka satu dengan jari, begitu seterusnya hingga tiga.

b. Ajak ananda menebak nama-nama anggota wajah, lalu beri pujian bila ia berhasil menunjukkan/menyebutkan. Misal :Ayo Nak, apa namanya ini?.sambil Ibu/Ayah menunjuk hidung atau mata, dan lainnya.

c. Bermain jual beli. Ini adalah awal ananda mengenal angka.

0 komentar:

Posting Komentar