Minggu, 31 Maret 2013

Bermain Bagi Anak Usia Dini (part 3)

Berikut ini beberapa contoh kegiatan bermain yang dapat dilakukan oleh anak bersama orangtua, sesuai dengan usia anak.

1. Bayi dan Anak Bawah Dua Tahun (BaDuTa)

a. Bermain yang melibatkan gerakan pancaindra.

Bermain dimulai secara tidak sengaja, bayi melakukan gerakan-gerakan yang ternyata membuat dia senang, sehingga selalu diulang. Contoh kegiatan bermain ini adalah mengamati dan menggerak-gerakkan tangan, mengemut ibu jari, menyembur-nyemburkan ludah.

b. Bermain dengan benda.

Semua mainan yang dapat merangsang kelima indra (berwarna terang, berbunyi, permukaan kasar-halus, beraroma, dapat dirasakan). Mainan hendaknya cukup besar untuk bisa digenggam oleh anak, lembut, dan tidak tajam. Contoh, mainan yang dapat diurutkan dari yang kecil ke besar; mainan untuk masak-masakan, untuk minum; bermain air sabun; bermain pasir; mobil-mobila; buku bergambar tanpa tulisan; dan sebagainya.

c. Bermain pura-pura (simbolik).

Menggunakan alat-alat permainan atau benda-benda yang ada di sekitar seolah-olah sebagai suatu benda. Contoh, menggunakan pisang/bekas gelas plastik air mineral/kaleng susu sebagai telepon, menggunakan kotak-kotak sabun sebagai mobil, menggunakan panci bekas dan sendok sebagai alat musik, serta lainnya.

2. Anak Dua Tahun

Anak usia dua tahun mulai mengalami perkembangan dalam gerakan kasar dan halus, juga mulai bisa mengontrol gerakan tubuh, sehingga anak bangga dengan keberhasilan dalam kegiatan fisik mereka. Karena kemampuan bahasa mulai berkembang, anak juga mulai menggunakan bahasa. Beberapa contoh kegiatan bermainnya ialah bermain palang (terbuat dari besi atau kayu) sejajar untuk bergelantungan; naik-turun tangga; bermain gerobak untuk ditarik; perosotan; bermain di terowongan untuk merangkak; bermainan dengan benda yang dapat dikendarai; bermain kepingan gambar (puzzle) sederhana dengan potongan besar; manik-manik untuk dironce; tanah liat, pasir, adonan sagu/terigu (penting untuk mempertajam indra, bukan untuk menghasilkan suatu bentuk); dan sebagainya.

3. Anak Tiga Tahun

Anak usia tiga tahun sangat imajinatif (senang menciptakan tokoh-tokoh atau kegiatan yang bersifat khayalan) dan mulai senang meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa, terutama kedua orangtuanya. Kemampuan ananda untuk berteman juga semakin meningkat, sehingga mereka sudah lebih baik dalam kegiatan berbagi, menunggu giliran, dan bekerja sama dengan orang lain. Beberapa contoh kegiatan bermainnya adalah permainan yang menggambarkan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari seperti bermain truk/mobil-mobilan, pasar-pasaran, boneka, balok, tanah/pasir, spidol, pinsil gambar, dan krayon.

4. Anak Empat Tahun

Anak usia ini memiliki keseimbangan tubuh yang makin baik, gerakan halus lebih terampil, dan mulai memiliki perencanaan tetapi masih suka berubah-ubah. Contoh kegiatan bermainnya adalah berrmain sepeda, alat pertukangan, balok-balok yang lebih kecil dengan bermacam bentuk, bola sepak, membaca buku (dengan gambar dan tulisan), dan sebagainya.

5. Anak Lima Tahun

Anak sudah menunjukkan tanggung jawab untuk mengurus diri sendiri dan kepunyaannya. Biasanya mereka juga membutuhkan pengarahan dari orang dewasa. Contoh kegiatan bermainnya, antara lain: bermain menggunakan peralatan seni, seperti cat, sikat, krayon, spidol, gunting, lem, tanah liat, dll.; peralatan pertukangan atau masak-masakan, peralatan rumah tangga; alat permainan (ular tangga, halma, monopoli, dll).

Ibu dan Ayah, ingatlah, bermain merupakan cara anak belajar, tapi tetap yang paling utama adalah bersenang-senang. Melalui bermain, Ibu dan Ayah dapat memberikan pengalaman belajar yang bermacam-macam kepada ananda. Nah, supaya pengalaman bermain ananda lebih banyak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Ibu dan Ayah, yaitu:

1. Waktu untuk bermain.

Ibu dan Ayah hendaknya dengan sengaja menyempatkan diri dan menyediakan waktu untuk bermain dengan anak. Kegiatan bermain dilakukan pada saat ananda memang menginginkannya dan tidak pada jam-jam anak biasanya tidur. Misalnya, sesudah mandi dan makan pagi atau sore.

2. Ruangan bermain.

Bagaimana Ayah dan Ibu mengatur ruangan dan ruangan seperti apa yang tersedia, akan memberi pengaruh kepada cara bermain anak. Jangan menaruh hiasan kecil-kecil dan mudah pecah di tempat yang mudah diambil oleh anak. Kalau ruangan yang tersedia untuk anak bermain adalah ruang tamu, biasanya anak bermain dengan permainan yang tidak memerlukan banyak kegiatan berlari.

3. Bahan dasar (utama) pembuatan mainan.

Saat ini kebanyakan mainan terbuat dari plastik, berhati-hatilah dalam memilih mainan yang cocok untuk anak kita. Bila memungkinkan Ayah dan Ibu dapat menggunakan mainan dari bahan-bahan yang tersedia di alam, seperti menggunakan wortel bagi bayi yang baru belajar menggigit.

4. Pengalaman sebelumnya.

Pengalaman Ibu dan Ayah bermain ketika kecil akan memengaruhi Ibu dan Ayah dalam melakukan kegiatan bermain bersama ananda. Contoh, orangtua yang saat mereka kecil diperbolehkan untuk main hujan-hujanan akan memperbolehkan anaknya untuk melakukan hal yang sama.

5. Mengamati.

Bila saat anak bermain, Ibu dan Ayah ikut mengamati, maka akan cepat tanggap terhadap kebutuhan anak dan dapat memberikan dukungan saat ananda mengalami kesulitan. Misal, kalau Ayah dan Ibu melihat ada air di lantai, sebaiknya cepat dilap, atau kalau melihat ujung meja terlalu tajam dan berbahaya untuk anak, maka lapisi ujung meja sehingga tidak lagi berbahaya, dan sebagainya.

6. Keterlibatan orang dewasa.

Keterlibatan orang dewasa atau orangtua dalam kegiatan bermain anak, hendaknya tidak menjadi pengganggu dan membuat anak tidak kreatif.

D. Tip Memilih Mainan Bagi anak

1. Mainan harus bersih dan aman, sesuaikan dengan usia anak.

2. Hindari mainan yang memiliki pinggiran tajam dan mudah pecah.

3. Hindari mainan yang mengandung cat berbahaya.

4. Hindari mainan dalam bentuk kecil-kecil karena dapat tertelan atau dimasukkan ke dalam lubang hidung/telinga anak.

5. Sebisa mungkin kurangi mainan yang menggunakan listrik atau baterai.

6. Sebisa mungkin anak memiliki kesempatan yang sama antara bermain di dalam ruangan dengan bermain di luar ruangan.

A. Sumber Bacaan

A Practical Guide to Early Childhood Curriculum. (edisike-8). Eliason, Claudia & Jenkins, Loa. Pearson Prentice Hall. New Jersey. (2008).

Children,play, and development. Hughes, F.P. (edisi ke-3). Boston: Allyn and Bacon. (1999).

Play and early childhood development (edisi ke-5). Johnson, J. F., Christie, J.F., Yawkey, T.D. NY: Longman. (1999).

Human Development. (edisi ke-10). Papalia, Olds & Feldman. McGraw Hill. (2007)

Bermain, mainan dan permainan. Tedjasaputra, Mayke S. Jakarta: P.T. Grasindo. (2001)

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal

Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011

0 komentar:

Posting Komentar