Minggu, 07 April 2013

Bercerita dan Imajinasi Anak (part 3)

A. Si Kecil Suka Mengulang Cerita

Ini terjadi pada banyak batita (bawah tiga tahun) dan balita (bawah lima tahun). Dalam sebuah kurun waktu, mereka akan senang sekali dengan cerita yang sama berulang – ulang. Banyak orang tua yang menjadi bosan menceritakan hal yang sama setiap hari.

Jika ini terjadi pada si kecil, jangan heran! Mengapa hal ini bisa terjadi? Batita dan balita senang sekali mampu memahami sebuah cerita dari awal hingga akhir. Mereka senang dapat menebak akhir cerita, dan menemukan hal yang lucu, menegangkan dan seru pada beberapa bagian dari cerita tersebut. Itulah sebabnya mereka senang sekali mengulang-ulang cerita yang sama. Bagi mereka ini adalah sebuah prestasi tersendiri.

Bagaimana menghadapi hal ini? Silakan bercerita hal yang sama berkali-kali. Namun, sesekali belokkan cerita sedikit demi sedikit. Bagaimana kalau si kecil protes? Ibu dan ayah bisa kembali pada alur cerita asli, namun boleh menambahkan jumlah tokohnya. Hal ini harus dilakukan untuk merangsang si kecil agar siap mendengarkan cerita baru.

B. Si Kecil Ingin Bercerita

Si kecil adakalanya tidak ingin mendengarkan cerita ibu dan ayah. Mereka ingin gantian bercerita pada orang tuanya. Mengapa ini bisa terjadi? Sebab anak telah penuh daya ingatnya dengan berbagai cerita. Bagaikan gelas yang sudah penuh, si kecil sudah “luber” dengan ide cerita. Anak ingin berbagi cerita dengan orangtuanya.

Biarkan anak bercerita dan orang tua menjadi pendengar yang baik. Cerita yang disampaikan anak, umumnya berantakan. Kata, kalimat dan jalan ceritanya tidak runut. Tidak apa-apa. Anak sedang belajar mengutarakan pemikiran dengan baik. Jangan kritik cerita mereka. Sebaliknya, ibu dan ayah harus memuji kemampuan mereka. Supaya mereka lebih termotivasi lagi untuk berbicara, bertutur dan menyampaikan ide di kepala mereka.

Sesekali perbaiki perbendaharaan kata mereka, atau susunan ceritanya. Namun ibu dan ayah tetap harus bereaksi positif terhadap cerita anak. Rangsang anak untuk memberi nama pada setiap tokoh yang digunakan. Tugas orang tua mengingatkan si kecil tentang nama dan jalan cerita.

Rangsang si kecil untuk terus mampu mengembangkan jalan cerita. Tanyakan permasalahan ceritanya, dan jangan lupa menanyakan perasaan si tokoh dalam cerita tersebut.

C. Pesan untuk Ibu dan Ayah

Bercerita adalah sebuah proses yang panjang. Dalam prosesnya selalu ada hambatan yang bisa membuat ibu dan ayah putus asa untuk melakukan kegiatan ini. Namun, harus diingat bahwa dalam proses bercerita bagi batita (bawah tiga tahun) dan balita (bawah lima tahun) yang ingin dicapai adalah ketrampilan mendengar, berbicara dan membaca. Jadi, jika si kecil belum dapat mencerna isi cerita dengan baik atau tidak ingat sama sekali cerita yang sudah diberikan, sebaiknya jangan putus asa!

Kegiatan ini adalah sebuah kegiatan yang bersifat seru, hangat dan penuh kasih sayang. Jangan melakukan kegiatan bercerita seperti belajar dan membuat pekerjaan rumah.

Kadang ibu dan ayah sukses bercerita bagi si kecil, kadang tidak berhasil sama sekali. Jika gagal, jangan pernah berpikir bahwa ibu dan ayah adalah orang tua yang tidak baik. Gagal bercerita itu terjadi pula pada pendongeng yang sudah mahir. Suasana hati, kesehatan tubuh, kejenuhan si kecil kadang menjadi kendala ibu dan ayah dalam bercerita. Jangan putus asa, jalan terus!

Terakhir, ibu dan ayah harus menjalankan kegiatan ini dengan hati yang ikhlas karena prosesnya tidak mudah. Ikhlaskan hati, jika si kecil tidak memedulikan cerita. Hal ini bisa terjadi karena si kecil sedang bosan dan jenuh, namun jangan pernah berhenti bercerita.

Hasil jerih payah bercerita, tidak dapat dilihat dalam seketika. Nanti jika si kecil sudah dewasa baru akan terlihat hasilnya. Oleh sebab itu bersabarlah dalam bercerita.

Kegiatan ini sebaiknya tidak saja berhenti pada masa batita dan balita, lakukanlah walau anak sudah menduduki jenjang Sekolah Dasar. Karena proses bercerita adalah proses komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

Selamat mencoba!

D. Sumber Bacaan

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal

Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011

0 komentar:

Posting Komentar